Kamis, 25 Juli 2019

Milad ke-21, Yusril Singgung 'Buzzer' yang Hajar PBB di Pemilu 2019?

Yusril Ihza Mahendra
MEDIA ISLAM -- Partai Bulan Bintang (PBB) menyelenggarakan halal Bi Halal dan Tasyakuran Milad PBB ke-21 di Markas DPP PBB, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (24/7/2019).

Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra mengatakan, dalam usia ke-21 tahun PBB sudah mengalami pasang surut yang sangat-sangat panjang. Menurut Yusril, PBB Pernah berhasil lolos Threshold tahun 1999 dan tahun 2004, kemudian turun 2009-2014 dan PBB mengalami pula nasib yang kurang baik dalam pemilu tahun 2019 ini.

“Secara persentase jumlah pemilih Partai Bulan Bintang itu sama dengan tahun 2009, jumlahnya sama cuma dari segi persentase mengalami penurun,” kata Yusril dalam sambutan tasyakuran Milad PBB ke-21 di DPP PBB, Pasar Minggu, Rabu.

Pasalnya kata Yusril, Pemilu 2009-2014 itu PBB tanpa banyak hambatan, tapi pada tahun 2019 ini PBB menghadapi hambatan yang luar biasa baik dari dalam tubuh Partai Bulan Bintang itu senderi maupun dari luar Partai Bulan Bintang.

“Kita diserang, digebuki habis, babakbelur begitu. Tapi sesudah Pilpres kita lihat tiba-tiba suasana politik berubah derastis, jadi kalu kemarin itu kita sudah dibilang kafir, dibilang munafik, dibilang kita begini-begini sekarang sepertinya, semuanya halal semua, Jadi jauh sekali politik ini mengalami suatu perubahan. tapi ini menjadi pelajaran yang penting dan sangat berharga bagi kita,” ujar Yusril.

Yusril menuturkan, persoalan politik itu walupun berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari ajaran-ajaran Islam. Lanjut Yusril, tuntutan agama kita yang mencakup segala aspek dalam kehidupan umat manusia tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Tapi, menurut Yusril, kita dapat membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya.

“Ya, ini Politik, ini ibadah itu ada perbedaannya, walaupun dipisahkan tidak mungkin. Jadi persolan pilihan politik itu, adalah persolan yang menyangkut ijtihad kita di dunia ini. Kecuali misalnya kemarin itu ketika pilpres yang satu mukmin yang satu kafir sudah pasti kita akan memilih yang mukmin, tapi karena dua-dua ini sama-sama mukmin dan tingkat kemukminannya itu yang lebih kurangnya sama, jadi ini hanya persoalan pilihan politik. Mau milih di sini bisa, mau milih di situ bisa tergantung apa pertimbangan-pertimbangan politik kita miliki,” jelasnya.

Yusril menambahkan, tidak perlu kita kemudian saling ngotot-ngotot, kemudian beda pendapat sudah mengkafirkan yang lain, sudah menganggap munafik lebih besar dosanya seperti memakan babi  dan sebagainya-sebagainya.

“Ya, saya kira setelah usai pertarungan politik keadaan tiba-tiba berubah seperti ini. Jadi hari ini pak Prabowo bertemu dengan Ibu Megawati, tapi, kita tidak tau apakah dihubungkan ini lebih besar dosanya dengan zina dan makan babi atau bagaimana kita tidak tau. Tapi ungkapan seperti itu sudah pernah disampaikan kepada saya, jadi ya, itulah politik seperti itulah keadaannya,” tambahnya.

“Nah memang kali ini kita mengalami masalah yang begitu tidak memuaskan hati kita semuanya, tapi kita kadang-kadang suka sesuatu tapi dibalik yang kita suka itu tidak baik bagi kita. Kadang-kadang kita benci sesuatu tapi dibalik yang kita benci itu banyak kebaikan bagi kita.

Jadi segala sesuatu itu harus kita sikapi dengan sabar dan tawakkal dan kemudian kita berusaha untuk memperbaiki ini, supaya di masa-masa yang akan datang kita akan menjadi lebih baik dari pada apa yang kita alami pada hari ini,” pungkas Yusril. (sumber)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar