Buktinya, pada masa-masa awal kepemerintahannya, Kaisar Zhu Yuanzhang diriwayatkan pernah menulis sendiri ‘seratus kata puji-pujian kepada Rasulullah’ (Zhi Sheng bai zi zan) yang belakangan banyak digurat di tembok masjid-masjid China.
Bunyi syairnya begini, sebagaimana dikutip ulama sohor era peralihan Dinasti Ming ke Dinasti Qing, Wang Daiyu, dalam mahakaryanya, Zhengjiao Zhenquan (Penjelasan tentang Islam):
“Qian kun chu shi, Tian ji zhu ming.
Chuan jiao da sheng, jiang sheng Xi yu.
Shou shou Tian jing, san shi bu ce, pu hua zhong sheng.
LIHAT JUGA:
KISAH KEPAHLAWANAN
Yi zhao jun shi, wan Sheng ling xiu.
Xie zhu Tian yun, bao bi guo wang, wu shi qi you, mo zhu tai ping.
Cun xin Zhen zhu, jia zhi qiong min. Zheng jiu huan nan, dong che you ming.
Chao ba ling hun, tuo li zui ye.
Ren fu tian xia, dao guan gu jin.
Jiang xie gui yi, ming qing zhen jiao.
Mu han mo de, zhi gui sheng ren.”
Artinya kira-kira:
Sejak penciptaan alam semesta, namanya telah tertulis di lauḥu l-maḥfūẓ.
Nabi besar pembawa agama itu, lahir di Barat sana.
Ia menerima wahyu, kitab suci 30 juz, untuk memperbaiki akhlak manusia.
Ia adalah imam semesta, pemimpin para Nabi.
Ia diutus Tuhan-Nya, melindungi negeri, salat lima kali sehari, mendoakan
kedamaian di bumi.
Hatinya berserah kepada Tuhan, mengentaskan kemiskinan, menolong yang
kesusahan, menerangi kegelapan.
Ia menuntun jiwa dan raga, menjauhi dosa.
Ia rahmat bagi seluruh alam, ajarannya ṣālih likulli makān wa zamān.
Ia menunjukkan yang musyrik ke jalan tauhid, menamai agamanya sebagai Islam.
Ia adalah Muhammad, rasul agung nan mulia.
Tidak berhenti di situ, Zhu Yuanzhang juga memerintahkan pembangunan masjid di Yunnan, Hokkien, Kanton, dan dua di Nanjing yang merupakan ibu kota Dinasti Ming sebelum dipindah ke Beijing. Kitab Tianfang Dian Li (Hukum dan Ritual Islam) karangan ulama terkemuka zaman Dinasti Qing, Liu Zhi, menyatakan begitu. Masjid-masjid yang roboh pun diminta segera dibangun kembali dan tidak boleh ada yang menghalangi. Bukan hanya terhadap masjid, Zhu Di, putra Zhu Yuanzhang yang kelak menjadi kaisar ketiga Dinasti Ming, malah sekaligus menitahkan perlindungan terhadap muslim yang ada di negaranya. Tidak boleh ada yang merundung mereka.
“Semua pejabat baik sipil maupun militer, tidak diperkenankan merendahkan, menghina, atau mengintimidasi” muslim, dan “barang siapa berani melanggar titah ini, maka akan dihukum.” Demikian penggalan titah (chiyu) Zhu Di pada pertengahan tahun 1407. Zhu Di adalah kaisar yang mengutus Laksamana Cheng Ho ke mancanegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar